Selasa, 11 Agustus 2009

DINGIN DALAM HATI

Enam manusia terperangkap dalam suatu kebetulan,
dalam udara dingin yang menusuk, masing – masing memiliki sepotong kayu, atau begitulah katanya.

Api unggunnya perlu diberikan kayu lagi, orang yang pertama mengeraskan hatinya, karena di antara wajah – wajah yang mengelilingi api itu, ia lihat satu orang berkulit hitam.

Orang berikutnya melihat seseorang yang bukan dari gerejanya, dan tidak rela memberikan kayunya.

Yang ketiga duduk dengan pakaian compang – camping, ia tutup jaketnya rapat – rapat, kenapa ia harus mengorbankan kayunya demi menghangatkan orang kaya?

Yang kaya duduk diam membayangkan kekayaan yang dimilikinya, dan bagaimana caranya mempertahankan miliknya dari orang miskin pemalas itu.

Wajah orang berkulit hitam itu mencerminkan hasrat menuntut balas sementara apinya mati, karena yang ia lihat pada kayunya adalah peluang untuk menuntut balas terhadap orang berkulit putih.

Orang terakhir dalam kelompok yang malang ini tidak mau berbuat apa – apa kecuali ada untungnya, memberi hanya kepada mereka yang memberi lebih dahulu, adalah prinsipnya.

Kayu – kayu mereka, yang mereka pegang erat – erat dalam tangan kaku mereka, membuktikan dosa manusia, mereka bukan mati akibat udara dingin di luar – mereka mati karena dingin dalam hati.


Dikutip dari buku “7 Kebiasaan Remaja yang Sangat Efektif”